Selasa, 23 Juli 2019

Sejarah masa kecil presiden sukarno

Sejarah Masa Kecil Presiden Sukarno  Bung Karno Saat Masih Bersekolah Ketika diterima di Blitar pada tanggal 6 Juni 1901, Soekarno diberikan nama Koesno Sosrodihardjo oleh orangtuanya. Namun karena ia sering sakit maka kompilasi dibuka lima tahun diubah menjadi Soekarno oleh konversi. Nama tersebut diambil dari perang panglima dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna. Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik" . Di kemudian hari kompilasi menjadi Presiden RI, ejaan nama Soekarno diganti olehnya menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda). Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda yang disetujui karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang dimuat dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak dapat diubah. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno .  Rumah Bung Karno Masa Kecil Saya setuju dengan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan izin yaitu Ida Ayu Nyoman Rai .Raden Soekemi yang merupakan guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Nyoman Rai adalah keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengambil orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ikut memasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School , sekolah tempat ia bekerja. Kemudian pada Juni 1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk dapat diterima di Hoogere Burger School (HBS). Pada tahun 1915, Soekarno berhasil menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil menyelesaikan ke HBS. di Surabaya, Jawa Timur. Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama HOS Tjokroaminoto. Tjokroaminoto harus memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang memimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis. Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian berubah menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918. Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto. Tamat HBS tahun 1920, Soekarno melanjutkan sekolah Technische Hoge (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1925.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar