Kamis, 22 Maret 2018

Masing masing kehidupan

"Setiap orang memiliki jalan hidup masing-masing. Begitu juga dengan kita, nikmati syukuri jalan hidup kita, usahakan yang terbaik tanpa mengganggu hidup orang lain kecuali membantu hidup mereka."

Syukuri yang ada

"Kurangi berandai-andai, segera lakukan semampu kita, sesempat kita. Syukuri apa yang ada namun tetap berusaha dan berdoa untuk menggapai impian kita."

Bersabar

Bersabar dan berprasangka baik ketika tidak  mendapatkan sesuatu. Karena mungkin saja kita akan mendapatkan yang lebih baik dari itu."

Rabu, 14 Maret 2018

Waktu sia sia

Sia-sia adalah ketika waktumu hanya kamu habiskan untuk mengomentari hidup oranglain

Perasaan mamusia

Mata bisa salah memandang , mulut bisa salah berucap , akan tetapi hati tidak pernah salah merasa

Kehidupan

elihatlah ke atas untuk urusan akhiratmu dan melihatlah ke bawah untuk urusan duniamu maka hidup akan tenteram.

Lirik lagu assalamu'alaika

Lirik Lagu Roqot Aina - Hafidzul Ahkam Gus Azmi - Roqot Aina Lirik رقت عيناي شوقاً .. ولطيبة ذرفت عشقاً فأتيت إلى حبيبي .. فاهدأ يا قلب ، ورفقاً صل على محمد Raqqat ‘ainaya shawqan, wa li Taibata tharafat ‘ishqan Fa’ataytu ila habibi, fahda’ ya qalbu wa rifqan Salli ‘ala Muhammad السلام عليك يا رسول الله .. السلام عليك يا حبيبي يا نبي الله السلام عليك يا رسول الله .. السلام عليك يا حبيبي يا نبي الله يا رسول الله Assalamu alayka ya Ya Rasool Allah Assalamu alayka ya habibi Ya Nabiyya Allah Assalamu alayka ya Ya Rasool Allah Assalamu alayka ya habibi Ya Nabiyya Allah, ya Rasool Allah قلب بالحق تعلق .. وبغار حراءَ تألق يبكي يسأل خالقَهُ .. فأتاه الوحي ، فأشرق اقرأ اقرأ يا محمد Qalbun bil Haqqi ta’allaq, wa bi ghari hira’a ta’allaq Yabki yas’alu khaliqahu, fa’atahul wahyu fa’ashraq Iqra’ iqra’ ya Muhammad يا طيبة جئتك صباً .. لرسول الله محباً بالروضة سكنت روحي .. وجوار الهادي محمد Ya Taibatu ji’tuki sabba, li rasoulillahi muhibba Birrawdhati sakanat rouhi, wa jiwaril hadi Muhammad السلام عليك يا رسول الله .. السلام عليك يا حبيبي يا نبي الله السلام عليك يا رسول الله .. السلام عليك يا حبيبي يا نبي الله يا رسول الله Assalamu alayka ya Ya Rasool Allah Assalamu alayka ya habibi Ya Nabiyya Allah Assalamu alayka ya Ya Rasool Allah Assalamu alayka ya habibi Ya Nabiyya Allah, ya Rasool Allah

Senin, 12 Maret 2018

Cara perawatan tanaman padi

Melakukan Perawatan Budidaya Padi Agar tanaman bisa tumbuh subur dan memberikan hasil sesuai dengan harapan, tentu memerlukan sebuah perawatan yang baik. Dalam menanam padi, banyak sekali proses perawatan yang harus dilakukan. Oleh karena itu Anda harus menyiapkan tenaga ekstra. Berikut ini daftar perawatan budidaya padi. Penyiangan Tanaman Gulma Peyiangan tanaman padi dari tumbuhan gulma yang menganggu merupakan faktor penting untuk menjaga padi agar bisa tumbuh dengan baik. Penyiangan dilakukan agar unsur hara yang terkandung di dalam tanah hanya diserap oleh padi. sehingga pertubuhan tanaman ini lebih maksimal. Penyiangan dilakukan ketika padi menginjak usia 3 minggu setelah ditanam. Penyiangan selanjutnya dilakukan 3 minggu sekali. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan atau bisa memotongnya dengan menggunakan alat bantu.

Sabtu, 03 Maret 2018

Pesantren lirboyo kediri

Home Pesantren Ananda Pesantren Ananda Pondok Pesantren Lirboyo, Pesantren Salaf Terbesar di Jawa Timur By Rozikin Rozikun - January 2, 2017010853 Lirboyo, adalah nama sebuah desa yang digunakan oleh KH Abdul Karim menjadi nama Pondok Pesantren. Terletak di barat Sungai Brantas, di lembah gunung Willis, Kota Kediri. Awal mula berdiri Pondok Pesantren Lirboyo berkaitan erat dengan kepindahan dan menetapnya KH Abdul Karim ke desa Lirboyo tahun 1910 M. Pondok Pesantren Lirboyo berkembang menjadi pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan dalam peristiwa-peristiwa kemerdekaan, Pondok Pesantren Lirboyo ikut berperan dalam pergerakan perjuangan dengan mengirimkan santri-santrinya ke medan perang seperti peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Sebagai Pusat pendidikan Islam, Pondok Pesantren Lirboyo mencetak generasi bangsa yang cerdas ruhaniyah, juga smart-intelektual, mumpuni dalam keberagaman bidang, juga keberagamaan Islam yang otentik. Pondok Pesantren Lirboyo memadukan antara tradisi yang mampu mengisi kemodernitasan dan terbukti telah melahirkan banyak tokoh-tokoh yang saleh keagamaan, sekaligus saleh sosial. Pesantren ini memiliki santri 17000 orang yang berasal berbagai daerah sampai luar jawa, meski begitu tidak menghalangi para santri untuk mendalami ilmu agama. Pengasuh : KH Kafabihi Mahrus Pendidikan Teknis pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo menerapkan 2 sistem pendidikan yang berjalan berdampingan dan padu; – Classical (madrasah/ sekolah) diterapkan sebagai pembelajaran wajib yang disesuai dengan kemampuan masing-masing santri dalam menyerap dan memahami keilmuan yang diberikan. Bersifat wajib bagi santri-santri dengan mata pelajaran yang telah dibakukan sebagai tingkatan-tingakatan pembelajaran. Di mulai pada pertengahan bulan Syawal sampai pada akhir bulan Rajab di setiap tahunnya. Dengan masa libur 2 kali dalam 1 tahun yakni 10 hari pada bulan Maulid dan 30 hari di bulan Ramadlan. – Tradisional (Pengajian Kitab) berupa pengajian bandongan, sorogan, diskusi/ musyawarah pendalaman masalah teks keagamaan dan bahtsul masail dengan kupas problema keagamanan terkini. Pengajian Kitab sangat dianjurkan sebagai bekal tambahan keilmuan santri. Berlangsung sepanjang tahun di setiap tahunnya dan pada bulan Ramadlan Pesantren Lirboyo selalu mengadakan Pengajian Kilatan.

Sejarah ponpes sunan drajat

Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sunan Drajat Berkas:Asrama baru ppsd.jpg Asrama Putra Pondok Pesantren Sunan Drajat yang baru selesai di bangun. Pondok Pesantren Sunan Drajat adalah salah satu pondok pesantren yang memiliki nilai historis yang amat panjang karena keberadaan pesantren ini tak lepas dari nama yang disandangnya, yakni Sunan Drajat. Sunan Drajat adalah julukan dari Raden Qosim putra kedua pasangan Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) dengan Nyi Ageng Manila (Putri Adipati Tuban Arya Teja). Dia juga memiliki nama Syarifuddin atau Masih Ma’unat. Perjuangan Sunan Drajat di Banjaranyar dimulai tatkala dia diutus ayahandanya untuk membantu perjuangan Mbah Banjar dan Mbah Mayang Madu guna mengembangkan syiar Islam didaerah pesisir pantai utara Kabupaten Lamongan saat ini. Pada tahun 1440-an ada seorang pelaut muslim asal Banjar yang mengalami musibah di pesisir pantai utara, kapal yang ditumpanginya pecah terbentur karang dan karam di laut. Adapun Sang Pelaut Banjar terdampar di tepian pantai Jelaq dan ditolong oleh Mbah Mayang Madu penguasa kampung Jelaq pada saat itu. Melihat kondisi masyarakat Jelaq yang telah terseret sedemikian jauh dalam kesesatan, Sang Pelaut muslim itu pun terketuk hatinya untuk menegakkan sendi-sendi agama Allah. Dia pun mulai berdakwah dan mensyiarkan ajaran Islam kepada penduduk Jelaq dan sekitarnya. Lambat-laun perjuangan Sang Pelaut yang kemudian hari lebih dikenal dengan Mbah Banjar, mulai membuahkan hasil. Apa lagi bersamaan dengan itu Mbah Mayang Madu pun turut menyatakan diri masuk Islam dan menjadi penyokong utama perjuangan Mbah Banjar. ada suatu hari, Mbah Banjar dan Mbah Mayang Madu berkeinginan untuk mendirikan tempat pengajaran dan pendidikan agama agar syiar Islam semakin berkembang, namun mereka menemui kendala dikarenakan masih kurangnya tenaga edukatif yang mumpuni di bidang ilmu diniyah. Akhirnya mereka pun sepakat untuk sowan menghadap Kanjeng Sunan Ampel di Ampeldenta Surabaya. Gayung pun bersambut Kanjeng Sunan Ampel memberikan restu dengan mengutus putranya Raden Qosim untuk turut serta membantu perjuangan kedua tokoh tersebut. Akhirnya Raden Qosim mendirikan Pondok Pesantren di suatu petak tanah yang terletak di areal Pondok Pesantren putri Sunan Drajat saat ini. Dia pun mengatakan bahwa barang siapa yang mau belajar mendalami ilmu agama di tempat tersebut, semoga Allah menjadikannya manusia yang memiliki derajat luhur. Karena do’a Raden Qosim inilah para pencari ilmu pun berbondong-bondong belajar di tempat dia dan Raden Qosim pun mendapat gelar Sunan Drajat. Sementara itu untuk mengenang perjuangan Mbah Banjar, maka dusun yang sebelumnya bernama kampung Jelaq, dirubah namanya menjadi Banjaranyar untuk mengabadikan nama Mbah Banjar dan anyar sebagai suasana baru di bawah sinar petunjuk Islam. Sunan Drajat yang merupakan putra sunan ampel menjadi tokoh sentral dalam penyebaran agama Islam yang ada di wilayah Lamongan. Raden Qosim atau Sunan Drajat mendirikan pondok pesantren di suatu petak tanah, terletak di areal Pondok Pesantren Putri Sunan Drajat saat ini. Dia pun mengatakan bahwa barang siapa yang mau belajar mendalami ilmu agama di tempat tersebut, semoga Allah menjadikannya manusia yang memiliki derajat luhur. Karena do’a Raden Qosim inilah para pencari ilmu pun berbondong-bondong belajar di tempat dia dan Raden Qosim pun mendapat gelar Sunan Drajat. Setelah beberapa lama dia berdakwah di Banjaranyar, maka Raden Qosim mengembangkan daerah dakwahnya dengan mendirikan masjid dan pondok pesantren yang baru di kampung Sentono. Dia berjuang hingga akhir hayatnya dan dimakamkan di belakang masjid tersebut. Kampung di mana dia mendirikan masjid dan pondok pesantren itu akhirnya dinamakan pula sebagai Desa Drajat. Sepeninggalan Sunan Drajat, tongkat estafet perjuangan dilanjutkan oleh anak cucu dia. Namun seiring dengan perjalanan waktu yang cukup panjang kebesaran nama Pondok Pesantren Sunan Drajat pun semakin pudar dan akhirnya lenyap ditelan masa. Saat itu hanyalah tinggal sumur tua yang tertimbun tanah dan pondasi bekas langgar yang tersisa. Kemaksiatan dan perjudian merajalela di sekitar wilayah Banjaranyar dan sekitarnya, bahkan areal di mana Raden Qosim mendirikan Pondok Pesantren di Banjaranyar saat itu berubah menjadi tempat pemujaan. Setelah mengalami proses kemunduran, bahkan sempat menghilang dari percaturan dunia Islam di Pulau Jawa, pada akhirnya Pondok Pesantren Sunan Drajat kembali menata diri dan menatap masa depannya dengan rasa optimis dan tekad yang kuat. Hal ini bermula dari upaya yang dilakukan oleh anak cucu Sunan Drajat yang bercita-cita untuk melanjutkan perjuangan Sunan Drajat di Banjaranyar. Keadaan itu pun berangsur-angsur pulih kembali saat di tempat yang sama didirikan Pondok Pesantren Sunan Drajat oleh KH. Abdul Ghofur yang masih termasuk salah seorang keturunan Sunan Drajat pada tahun 1977 yang bertujuan untuk melanjutkan perjuangan wali songo dalam mengagungkan syiar agama Allah di muka bumi. Munculnya kembali Pondok Pesantren Sunan Drajat saat ini tentu tidak terlepas dari perjalanan panjang dan perjuangan anak cucu Sunan Drajat itu sendiri. Sebagai institusi resmi dan legal, Pondok Pesantren Sunan Drajat tentu memiliki persamaan dan perbedaan dengan cikal bakal berdirinya pondok pesantren itu sendiri. Di sisi lain di dalam Pondok Pesantren Sunan Drajat terdapat pendidikan yang terdiri dari pendidikan formal, non formal dan in formal. Sebagaimana kita ketahui bahwa tidak semua pondok pesantren memiliki pendidikan yang mengajarkan tentang pengetahuan dan keahlian/skill secara intensif terhadap santrinya. Dengan demikian sangat penting bagi seorang akademisi untuk mempelajari kembali ide-ide dasar yang muncul dan menyertai perkembangan Pondok Pesantren Sunan Drajat. Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Sunan Drajat sebagai tempat belajar santri, memiliki pola pengajaran pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal antara lain: MTs Sunan Drajat. SMP Negeri 2 Paciran. MA Ma'arif 7 Sunan Drajat. SMK Sunan Drajat. Madrasah Mu'allimin Mu'allimat. Sekolah Tinggi Agama Islam Raden Qosim (STAIRA). Sedangkan Lembaga Pendidikan nonformal antara lain: Madrasatul Qur'an. Madrasah Diniyah. Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA). Pengajian Kitab Salaf.

Ponpes sunan drajat

Pondok Pesantren Sunan Drajat Pondok Pesantren Sunan Drajat didirikan pada tanggal 7 September 1977 di desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan oleh KH Abdul Ghofur Menilik dari namanya pondok pesantren ini memang mempunyai ikatan historis, psikologis, dan filosofis yang sangat lekat dengan nama Kanjeng Sunan Drajat, bahkan secara geografis bangunan pondok tepat berada di atas reruntuhan pondok pesantren peninggalan Sunan Drajat yang sempat menghilang dari percaturan dunia Islam di Jawa selama beberapa ratus tahun.